Sabtu, 08 Desember 2012

0 Keridhoan Ibu, Jalan Surga bagiku

Sejarah tidak pernah mengenal adanya agama atau sistem yang menghargai keberadaan wanita sebagai ibu yang lebih mulia daripada Islam. Sungguh Islam telah menegaskan terhadap wanita untuk bertauhid kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Islam juga menjadikan berbuat baik  kepada wanita, sebagaimana telah menjadikan hak seorang ibu itu lebih kuat daripada hak seorang ayah, karena beban yang amat berat ia rasakan ketika hamil, menyusui, melahirkan dan mendidik kita sampai kita saat ini. Inilah yang ditegaskan oleh Al Qur’an dengan diulang-ulang lebih dari satu surat agar benar-benar difahami oleh kita anak manusia. Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Luqman:14)
Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya,”Siapakah yang paling berhak saya pergauli dengan baik?” Nabi bersabda, “Ibumu,” orang itu bertanya, “kemudian siapa lagi?” Nabi bersabda, “Ibumu,” orang itu bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Nabi bersabda, “Ibumu, - orang itu bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Nabi bersabda, “Ayahmu”. (HR. Bukhan Muslim)    
Berbuat baik kepada ibu berarti baik dalam mempergauli dan menghormatinya, merasa rendah di hadapannya, mentaatinya selain dalam kemaksiatan dan mencari ridhanya dalam segala sesuatu. Sehingga dalam masalah jihad sekalipun, apabila itu fardhu kifayah, maka tidak boleh kecuali dengan izinnya, karena berbuat baik kepadanya termasuk fardhu ‘ain.
Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia berkata,  “Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang, saya datang untuk bermusyawarah dengan engkau.” Maka Nabi SAW bertanya, “Apakah kamu masih mempunyai  ibu?” Orang itu menjawab, “Ya.” Nabi bersabda, “Tetaplah kamu tinggal bersamanya, sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua telapak kakinya.” (HR.Nasa’i)
Di antara keajaiban Syari’at Islam memerintahkan kita untuk berbuat  baik kepada ibu, meskipun ia musyrik. Sebagaimana yang ditanyakan oleh Asma’ binti Abu Bakar kepada Nabi SAW tentang hubungannya dengan ibunya yang musyrik. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Ya, tetaplah kamu menyambung silaturrahmi dengan ibumu.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih)
Di antara perhatian Islam terhadap seorang ibu, haknya serta perasaannya, bahwa Islam telah menjadikan ibu yang dicerai itu lebih berhak untuk merawat anaknya dan lebih baik daripada seorang ayah. Ada seorang wanita bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya anakku ini dahulu saya yang mengandungnya, dan susuku menjadi minumannya dan pangkuanku menjadi tempat ia berlindung. Tetapi ayahnya telah menceraiku dan ingin mengambilnya dariku, maka Nabi SAW bersabda kepadanya,  “Engkau lebih berhak (untuk merawatnya) selama engkau belum menikah.” (HR. Ahmad) Kekerabatan ibu itu lebih mulia daripada kekerabatan ayah di dalam masalah perawatan.
Keberadaan ibu yang telah diperhatikan oleh Islam dengan sepenuh perhatian ini dan yang telah diberikan untuknya hak-hak, maka dia juga mempunyai kewajiban, yakni mendidik anak-anaknya, dengan menanamkan kemuliaan kepada mereka dan menjauhkan mereka dari kerendahan.  Membiasakan mereka untuk taat kepada Allah dan mendorong mereka untuk mendukung kebenaran dan tidak menghalang-halangi mereka untuk turut berjihad karena mengikuti perasaan keibuan dalam hatinya. Sebaliknya,  ia harus berusaha memenangkan seruan kebenaran daripada seruan perasaan. Doa dan keridhoan seorang ibu sungguh mustajab. Baik doa kebaikan  ataupun doa buruk. Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan suatu kisah menarik berkaitan dengan doa ibu. Suatu kisah yang terjadi pada masa sebelum Rasulullah, yang mana patut diambil sebagai ibroh bagi orang-orang yang beriman.
Lihatlah, bagaimana Islam menempatkan segalanya begitu sempurna, termasuk wanita. Wanitalah yang kelak akan melahirkan generasi-generasi harapan, dan ia akan disebut Ibu. Ibu, panggilan yang begitu menenangkan, mengalirkan rasa kasih sayang tulus yang bersumber dari Rabbnya Allah Subhanahuwata’ala. Pengorbanan terbesar seorang insan untuk melahirkan sebuah harapan, kesabaran terluas ketika seorang Ibu mengandung, keikhlasan paling tulus ketika Ibu menyapih dan terjaga saat malam dengan kelelahan, namun ia tetap tersenyum membelai dengan kasih sayang. Tanpa meminta, ibu akan melakukan apa yang dibutuhkan oleh sang putra, tanpa perhitungan sekalipun ketika putranya telah tumbuh dewasa. Di tangannyalah, generasi-generasi yang terlahir akan terbentuk menjadi insan mulia. Tanggung jawab yang begitu berat, mendidik, menjaga dan memberikan ilmu terluas yang tidak akan ditemukan di perguruan tinggi manapun. Tetapi, terkadang begitu sulit untuk sekedar memahami ibu,  padahal tak sedikitpun sepanjang umur diri ini mampu menandingi jasa Ibu. Ampuni ya Ghofur karena kami  tak dapat membahagiakan ibu, ampuni segala dosanya, limpahkanlah kebahagiaan padanya di dunia dan akhirat. Ibu, keridoanmu adalah jalan surga bagiku.

0 komentar:

Posting Komentar

kritik dan saran bila ada yang kurang berkenan mohon pos kan di kolom komentar

 

mencari jalan menuju surga Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates